Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

LFNU Mojokerto Angkat Bicara Perbedaan Awal Ramadhan 2022

02 April 2022 | April 02, 2022 WIB Last Updated 2022-04-02T02:56:14Z
Mojokerto - PP Muhammadiyah sudah menetapkan awal Ramadan 1443 H, Sabtu (2/4/2022). Sementara NU, pemerintah, dan ormas Islam lain belum bisa memastikan karena harus memantau hilal (rukyatul hilal), dan menetapkan awal Ramadhan 2022 pada Ahad, (3/4/2022). 

Paling dasar dalam perbedaan ini adalah metode. Bagi Muhammadiyah, perhitungan sains (hisab) bisa digunakan untuk menentukan awal bulan. NU pun setuju dengan metode hisab. Namun khusus pada bulan-bulan tertentu, bulan tetap harus dipantau dengan mata.

"Jika belum terlihat, termasuk karena tertutup awan dan sebagai, bulan sebelumnya disempurnakan menjadi 30 hari. 1 April adalah tanggal 29 Sya'ban. Apabila dalam Rukyatul hilal  belum terlihat, maka tanggal 2 April masih dianggap sebagai akhir bulan Sya'ban,"ungkap wakil ketua Falakiyah PWNU Jatim, Syamsul Ma'arif, SH kepada Satukanal.com, Sabtu (2/4/2022). 

Selain Ramadhan, rukyatul hilal digunakan pula untuk menentukan awal Syawal dan Dzulhijjah. Hal ini dikarenakan di bulan-bulan itu banyak hari besar, seperti Idulfitri, Iduladha, dan hari tasyrik. Di hari-hari tersebut umat Islam diharamkan berpuasa sehingga akurasi hari sangat penting. 

Gus Syamsul mengatakan karena perbedaan metode, bagi Muhammadiyah, hitungan di atas 0 derajat sudah bisa dianggap memasuki bulan baru. Sementara secara teori tinggi hilal yang dapat diamati adalah minimal hilal 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat. Diprediksi hari ini tinggi hilal diambang 2 derajat sehingga potensi selisih awal puasa sangat besar.

"Mengapa pengamatan itu penting? Hal itu mengacu pada sabda Nabi Muhammad SAW: "Apabila kalian melihat hilal (bulan Ramadhan) maka puasalah dan apabila kalian melihat hilal (bulal Syawal) maka berbukalah (lebaran), dan apabila tertutup awan (mendung) maka sempurnakan umur bulan 30 hari", tegas ketua LFNU Kabupaten Mojokerto. 

Lebih lanjut menurutnya, Kata "melihat" dimaknai secara beragam. Ada yang harus mata telanjang, ada yang menggunakan teknologi (seperti teropong), ada pula yang menggunakan sains. Perbedaan cara memahami hadis turut menjadi alasan perbedaan awal Ramadan 2022.

Karenanya pula beberapa organisasi keislaman minoritas ada yang memiliki selisih waktu yang sangat lama. Bisa sampai dua hingga tiga hari. Hal itu karena pemahaman mengenai kata "melihat".

Di Indonesia cara yang mainstream adalah penggabungan antara sains dan teknologi. Hisab digunakan memprediksi hilal, namun penentuan tetap melihat menggunakan mata dengan bantuan teknologi.

"Pada praktiknya, NU, pemerintah, dan beberapa ormas Islam menyebar tim pemantauan hilal dari ujung barat hingga timur Indonesia. Jika ada salah satu yang menyaksikan hilal, maka laporan ini akan dibawa ke sidang isbat. Pemerintah akan memutuskan kapan awal Ramadhan," terangnya. 

Penting bagi kita memahami keberagaman cara pandang ini agar tidak mudah untuk mengklaim siapa yang paling benar lalu menyalahkan yang berbeda. 
×
Berita Terbaru Update